Tips Meminimalkan Limbah Rumah Tangga
Sahabat, selama ini kita berpikir bahwa limbah yang dihasilkan dari buangan industri adalah penyebab utama pencemaran lingkungan. Ternyata seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, limbah domestik (rumah tangga) justru menjadi penyumbang terbesar. Tidak hanya limbah padat seperti sampah plastik, kardus sampai bahan makanan sisa yang terlihat mengapung di permukaan sungai, akumulasi limbah cair domestik dalam jumlah yang besar juga menyumbang pencemaran sungai. Ini menjadi masalah hampir di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Palembang.
Limbah cair yang dihasilkan dari rumah tangga secara umum ada tiga:
- Pertama, grey water yaitu limbah cair yang bukan berasal dari kotoran manusia, bisa dari air mandi, air bekas mencuci pakaian atau piring yang mengandung bahan kimia seperti sabun dan deterjen, dan limbah minyak goreng.
- Kedua, black water yaitu limbah yang berasal dari kotoran manusia.
- Clear water yaitu limbah hasil tetesan AC dan kulkas.
Apabila limbah black water lebih mudah diatasi dengan pembuatan septic tank sehingga dapat terurai dengan sendirinya di lingkungan, maka grey water yang akan mengalir ke saluran pembuangan akhir (got) inilah yang biasanya menimbulkan banyak masalah. Menurut Efdinal, Kepala Perwakilan BPK Provinsi DKI Jakarta, 70-80 % pencemaran air di Jakarta disumbang oleh limbah grey water yang langsung dibuang ke saluran drainase tanpa diolah terlebih dulu. Akibatnya, sungai yang menjadi tempat bermuaranya selokan warnanya menjadi coklat dan mengeluarkan bau busuk. Selain bisa menyebabkan ikan-ikan mati, zat-zat polutan yang terkandung di dalam limbah juga bisa menjadi sumber penyakit, seperti kolera, disentri, dan berbagai penyakit lain
Nah, apa langkah yang harus kita lakukan untuk minimalisir limbah cair rumah tangga agar tidak membebani lingkungan?
Ikuti beberapa tips berikut ini ya, Sahabat
1. Gunakan pembersih rumah tangga yang ramah lingkungan
- Pilih deterjen yang ramah lingkungan (biodegradable), biasanya deterjen ini mengandung sedikit busa dan air bekasnya dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman.
- Bersihkan kloset dengan bahan alami seperti cuka, baking soda maupun lemon. Hindari membersihkan kloset dengan bahan kimia, karena akan menghambat pertumbuhan bakteri pengurai di septik tank sehingga menyebabkan septik tank mudah penuh.
- Bersihkan kamar mandi lebih sering sehingga kotoran tidak berkerak dan mengurangi penggunaan bahan pembersih kuat yang mengandung bahan kimia tidak ramah lingkungan
2. Terapkan perilaku hemat air yang otomatis akan mengurangi buangan limbah cair
- Mandi menggunakan shower atau gayung air daripada berendam di bathtub karena selain boros air juga menyebabkan limbah semakin banyak
- Mencuci piring dengan baskom dibandingkan di bawah keran yang mengalir, jumlah buangan limbah sabun pun dapat diminimalkan
- Cucilah pakaian dalam jumlah yang cukup (minimal 15 helai), mencuci dalam jumlah yang sedikit-sedikit lebih boros detergen dan air yang pada akhirnya limbah yang terbuang semakin banyak
- Air rendaman cucian pakaian yang masih mengandung daya bersih dapat dipergunakan kembali untuk mencuci sandal maupun lap dapur.
3. Menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar, seperti bunga ungu, lidi air, futoy ruas, bunga coklat, malati air dan lidi air
4. Membuat Sistem Pengolahan Air Limbah atau SPAL sederhana di rumah untuk menangani buangan limbah (non black water). Dengan sistem ini dibutuhkan dua buah bak, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Pada bak pengumpul, diberi ruang yang berguna sebagai penangkap sampah, pasir dan minyak.
Sedangkan pada tangki resapan, diberikan arang dan batu koral untuk menyaring zat pencemar. Air hasil pengolahan bisa dipergunakan kembali untuk menyiram tanaman, kloset, cuci piring, pakaian, dan lain-lainnya. Tapi tidak untuk diminum ya.
Pelajari cara mudah membuatnya ya, Sahabat
Sumber : Aetra.co.id